Pinky Design Pointer

Rabu, 20 April 2016

[Analisis Film Girl, Interrupted] - Ciri, Gejala, Peyebab dan Penanganan Borderline Personality Disorder




Sinopsis dan Analisis Film 

“Sometimes the only way to stay sane is to go a little crazy...” (Susanna Kaysen)

 Diangkat dari buku berjudul sama (Girl, Interrupted) yang merupakan kisah nyata penulisnya, Susanna Kaysen, film ini dibintangi oleh Winona Ryder, Angelina Jolie, Whoopi Goldberg, dan Brittany Murphy.

 Film ini berkisah tentang seorang wanita muda berumur 18 tahun, Susanna Kaysen (Ryder), yang dianggap mengalami gangguan kejiwaan. Ia diduga melakukan percobaan bunuh diri dengan menenggak satu botol aspirin dengan sebotol vodka, dan mengalami halusinasi, sehingga harus dirawat di Claymoore Hospital, sebuah rumah sakit khusus yang menangani masalah gangguan mental dan jiwa dimana gadis-gadis yang bermasalah menjalani terapi dan pengobatan (terkadang sampai diberi electro-shocked) kembali menjadi normal.

 Di rumah sakit Claymoore, Susanna bertemu dengan beragam karakter pasien wanita. Ada teman sekamarnya Georgina (Clea Duvall) yang disebut the incessant liar; lalu pasien eating-disorder, chicken fetishist dan laxative-junkie bernama Daisy (Brittany Murphy); serta Polly (Elisabeth Moss) yang mengalami krisis percaya diri, akibat wajahnya yang rusak ketika kecelakaan masa kecil. Dan tentunya ada Lisa (Angelina Jolie), gadis liar dan veteran di Claymoore (sudah delapan tahun), sering kabur dan berulang kali tertangkap dan masuk lagi Claymoore sehingga sering diobati dengan obat penenang dan diperingati karena keliarannya. Dan pada akhirnya Kaysen kemudian terpikat dan berteman akrab dengan Lisa Rowe (Angelina Jolie) seorang sociopath yang dengan mudah memanipulasi wanita di sekelilingnya. Dia berteman baik dengan seorang perempuan yang bermasalah di lingkungannya (Lisa), ia jatuh di bawah kekuasaan hipnotis Lisa Rowe (Angelina Jolie) yang paling liar dan paling keras dari kelompok itu.

 Di rumah sakit ini, sebagai wanita berumur 18 tahun ia sudah dianggap dewasa hingga bisa menandatangani surat persetujuan mendapatkan perawatan di sana. Awalnya Susanna bersikeras ia tak perlu dirawat karena ia merasa bukan orang gila. Ia teringat ketika kepala sekolah SMA-nya menanyakan rencananya setelah lulus, karena ia satu-satunya murid yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Ia hanya ingin menulis.
Tapi hal ini ditanggapi dingin oleh kepala sekolah, dan Susanna merasa tersinggung karena menulis adalah hal yang sangat ia suka:

 “Look, I’m not going on to burn my bra, or drop acid, or go march on Washington.”

 “I just dont want to end up like my mother.”

 Kepala sekolah hanya berujar, “Women today have more choices than that.” Yang langsung dibantah Susanna, “No, they don’t.”

Seperti yang sudah disinggung, masa itu adalah ketika para perempuan marak berdemo untuk menuntut hak-hak mereka. Akan tetapi di sini saya tidak terlalu mengerti kalimat kedua karena latar belakang ibu dari Susanna tidak digambarkan secara jelas, hanya keluarga Susanna yang terlihat berpendidikan dan tergolong menengah ke atas. Jika saya boleh mengartikan, sepertinya ibu Susanna seorang yang berpendidikan tinggi tapi pada akhirnya hanya menjadi ibu rumah tangga biasa.

Di rumah sakit Claymoore, Susanna bertemu dengan beragam karakter pasien wanita. Ada teman sekamarnya Georgina (Clea Duvall) yang disebut the incessant liar; lalu pasien eating-disorder, chicken fetishist dan laxative-junkie bernama Daisy (Brittany Murphy); serta Polly (Elisabeth Moss) yang mengalami krisis percaya diri, akibat wajahnya yang rusak ketika kecelakaan masa kecil. Dan tentunya ada Lisa (Angelina Jolie), gadis liar dan veteran di Claymoore (sudah delapan tahun), sering kabur dan berulang kali tertangkap dan masuk lagi Claymoore sehingga sering diobati dengan obat penenang dan diperingati karena keliarannya. Lisa adalah gadis yang enerjik dan passionate. Dia bisa menjadi pelindung bagi gadis lugu, polos, yang takut melawan. Selain itu ada pula Suster Valerie (Whoopi Goldberg) yang menjadi kepala perawat di sana, yang sabar namun tegas.


Analisis Film 

 Penyebab awal susana didiagnosis menderita borderline personality disorder karena ia diduga melakukan percobaan bunuh diri dengan menenggak satu botol aspirin dengan sebotol vodka, dan mengalami halusinasi, sehingga harus dirawat di Claymoore Hospital, sebuah rumah sakit khusus yang menangani masalah gangguan mental dan jiwa dimana gadis-gadis yang bermasalah menjalani terapi dan pengobatan (terkadang sampai diberi electro-shocked) kembali menjadi normal.

 Pada hari-hari pertamanya di Claymoore, Susanna adalah gadis yang pemarah, anti-sosial, dan keras kepala hingga tidak mau memakan obat penenang yang diberikan rumah sakit padanya. Meski sudah menolak, ia terpaksa memakannya.

 Pada saat itu orang tua susana berkunjung ke Claymoore Hospital menjenguk dan melihat perkembangan Susana, ayah Susana menginginkan Susana cepat pulang karena hari natal akan tiba. Setelah itu ibu Susana menanyakan perihal perbatasan yang diderita Susana kepada psikiater dan terungkap dan Susana pun akhirnya mengetahui penyakit apa yang ia dderita dan ternyata ia mengidap Borderline Personality Disorder. Setelah ia mengetahui penyakitnya itu, ia menanyakan apa penyebabnya dan psikiaterpun menjawab karena depresi dan bisa karena faktor dari orang tua.

 Pada suatu malam ia dan teman-temannya bermain di basement rumah sakit, dan menyusup ke ruangan dokter dan mencari arsip-arsip mereka dan membaca diagnosis (atau seperti yang Lisa katakan, “diag-non-sense”) yang tertera di dalamnya, Susanna disebut memiliki Borderline Personality Disorde.

Ciri-ciri Borderline Personality Disorder dalam film Girl, interrupted :

 Ketidakstabilan citra diri, hubungan, dan suasana hati, ketidakpastian tentang tujuan, impulsif dalam kegiatan yang merusak diri seperti seks bebas, pertentangan sosial dan sikap umumnya pesimis sering diamati hingga merasa ingin mengakhiri hidupnya.


Gejala, Penyebab & Penanganan Borderline Personality Disorder
A.    Gejala
BPD berhubungan dengan masalah-masalah tertentu dalam hubungan interpersonal, citra diri, emosi, perilaku, serta pemikiran.
a.      Hubungan
Orang dengan BPD cenderung memiliki masalah hubungan yang ditandai dengan banyak konflik, argumen, dan pemutusan hubungan. BPD juga berhubungan dengan sensitivitas yang kuat terhadap pengabaian, yang meliputi rasa takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai dan berupaya menghindari kenyataan maupun bayangan bila ditinggalkan.
b.      Citra Diri
Individu dengan BPD mengalami kesulitan terhadap stabilitas diri mereka. Banyak laporan menunjukkan penderita mengalami “pasang surut” perasaan ketika menilai diri mereka sendiri.
Suatu saat citra diri mereka positif, namun di lain kesempatan mereka menganggap diri mereka buruk bahkan jahat.
c.       Emosi
Ketidakstabilan emosional adalah ciri kunci dari BPD. Individu dengan BPD mengatakan bahwa mereka seolah-olah berada di sebuah roller coaster emosi, dengan perubahan suasana hati yang sangat cepat.
Hanya dalam hitungan menit, suasana hati dapat berubah secara ekstrem, misalnya dari senang tiba-tiba menjadi sedih. Individu dengan BPD juga mengalami perasaan marah yang intens dan kehampaan.
d.      Perilaku
Individu dengan BPD memiliki kecenderungan terlibat dalam perilaku berisiko dan impulsif, seperti sering belanja secara impulsif, minum alkohol secara berlebihan atau menyalahgunakan narkoba, terlibat dalam seks bebas, atau makan berlebihan (binge eating).
Selain itu, individu dengan BPD lebih rentan terhadap perilaku melukai diri sendiri atau melakukan percobaan bunuh diri.
e.       Perubahan Pola Pikir terkait Stres
Dalam kondisi stres, orang dengan BPD dapat mengalami perubahan dalam pemikiran, termasuk munculnya pikiran paranoid atau disosiasi (mati rasa).

B.     Penyebab
Seperti kebanyakan gangguan psikologis lainnya, penyebab pasti BPD tidak diketahui.
Namun, ada penelitian yang menunjukkan bahwa beberapa kombinasi alami (biologi atau genetika) dan nurture (lingkungan) turut berperan.
a.      Genetik
Gangguan ini ditransmisikan secara genetik dan dipengaruhi oleh lingkungan. Sebuah bentuk ketakutan akan ditinggalkan oleh orang lain muncul, berkaitan dengan perasaan emosional mereka untuk terhubung dengan seseorang yang penting bagi mereka. Saat orang tersebut tidak berada di sisi mereka, maka penderita merasa kehilangan dan tidak berarti sama sekali. Gambaran dari literatur yang ada menyarankan bahwa sifat terkait dengan BPD dipengaruhi oleh gen . Sebuah studi kembar utama yang ditemukan bahwa jika salah satu kriteria bertemu kembar identik untuk BPD, yang lain juga memenuhi kriteria di 35 persen dari kasus. Orang-orang yang telah BPD dipengaruhi oleh gen biasanya memiliki kerabat dekat dengan gangguan tersebut. Kembar, saudara dan studi keluarga lainnya menunjukkan sebagian diwariskan dasar untuk agresi impulsif, tapi studi serotonin gen-terkait dengan saat ini telah disarankan hanya kontribusi sederhana untuk perilaku.
b.      Pelecehan Anak
BPD merupakan hasil dari kombinasi antara kelemahan diri individu dengan tekanan lingkungan, pengabaian atau kekerasan yang diterima saat masih berusia dini, kemudian berlanjut menjadi pemicu munculnya gangguan saat penderita berada pada usia dewasa awal. Sehingga Penderita BPD dewasa seringkali di pandang sebagai korban dari tindak kekerasan, seperti pemerkosaan dan jenis kejahatan lainnya. Ini juga merupakan hasil dari sebuah lingkungan tidak sehat yang ditanggapi secara impulsif dan penilaian yang kurang dalam pemilihan teman hidup dan gaya hidup.
Sejumlah penelitian telah menunjukkan korelasi kuat antara pelecehan anak , terutamapelecehan seksual anak , dan perkembangan BPD. Banyak individu dengan BPD melaporkan telah memiliki riwayat penyalahgunaan dan penelantaran sebagai anak-anak muda. Pasien dengan BPD telah ditemukan secara signifikan lebih mungkin untuk melaporkan telah secara verbal, emosional, fisik atau pelecehan seksual oleh pengasuh baik jender . Ada juga kejadian tinggi inses dan kehilangan pengasuh pada anak usia dini untuk orang dengan gangguan kepribadian borderline. Mereka juga lebih mungkin untuk melaporkan memiliki pengasuh (dari kedua jenis kelamin) menyangkal keabsahan pikiran dan perasaan mereka. Mereka juga dilaporkan telah gagal untuk memberikan perlindungan yang dibutuhkan, dan mengabaikan perawatan fisik anak mereka.
Orang tua (dari kedua jenis kelamin) yang biasanya dilaporkan telah ditarik dari anak secara emosional, dan telah memperlakukan anak tidak konsisten. Selain itu, wanita dengan BPD yang melaporkan riwayat mengabaikan oleh pengasuh wanita dan pelecehan oleh laki-laki pengasuh akibatnya pada risiko secara signifikan lebih tinggi untuk dilecehkan secara seksual oleh noncaregiver (bukan orangtua). Ia telah mengemukakan bahwa anak-anak yang mengalami penganiayaan awal kronis dan lampiran kesulitan dapat terus mengembangkan gangguan kepribadian borderline.
c.       Faktor-faktor perkembangan
Beberapa studi menunjukkan bahwa BPD belum tentu menjadi gangguan trauma-spektrum dan bahwa secara biologis berbeda dari gangguan stres pasca-trauma yang bisa pelopor cluster kepribadian Gejala ini tampaknya berhubungan dengan spesifik pelanggaran, tetapi mereka mungkin terkait dengan aspek lebih gigih lingkungan interpersonal dan keluarga di masa kanak-kanak
Otto Kernberg merumuskan teori kepribadian borderline berdasarkan premis kegagalan untuk berkembang di masa kanak-kanak. Menulis dalam tradisi psikoanalitik, Kernberg berpendapat bahwa kegagalan untuk mencapai tugas perkembangan psikis klarifikasi diri dan lainnya dapat mengakibatkan peningkatan risiko untuk mengembangkan varietas psikosis, sedangkan kegagalan untuk mengatasi hasil pemisahan dalam peningkatan risiko untuk mengembangkan kepribadian borderline.
Penelitian menunjukkan bahwa, daripada memiliki penyebab tunggal, BPD dapat mengembangkan sebagai akibat dari sejumlah faktor yang berbeda. Penelitian telah menemukan bahwa kekerasan baik fisik dan seksual tampaknya menjadi faktor dalam gejala BPD berkembang. Faktor-faktor lain termasuk lingkungan keluarga juga berkontribusi pada perkembangan gangguan ini. ] Bradley et al. menemukan bahwa kedua pelecehan seksual anak (CSA) dan penyalahgunaan masa kanak-kanak fisik baik secara langsung mempengaruhi perkembangan gejala BPD secara langsung dan dimediasi oleh lingkungan keluarga.
Penelitian lain telah memeriksa apakah efektivitas negatif terkait dengan BPD-yaitu, kecenderungan untuk sering merasa marah, jijik, rasa bersalah, gugup, dan perasaan negatif lainnya-dapat dibantu dengan teknik penindasan berpikir , atau secara sadar berusaha untuk tidak berpikir tertentu pikiran. Hasil penelitian ini menemukan bahwa penekanan berpikir dimediasi hubungan antara efektivitas negatif dan gejala BPD. Sementara efektivitas negatif secara signifikan diperkirakan gejala BPD, hubungan ini sangat berkurang ketika penindasan berpikir diperkenalkan ke dalam model. Dengan demikian, hubungan efektivitas negatif gejala BPD dimediasi oleh penindasan pikiran. ditemukan bahwa sensitivitas penolakan dan kontrol eksekutif adalah prediktor gejala BPD, dalam kata lain, orang yang sangat cenderung merasa ditolak, dan / atau yang memiliki kontrol emosi yang buruk dan perilaku mereka, lebih mungkin untuk mengembangkan BPD. Faktor lain penulis dipelajari, yaitu kemampuan seorang anak untuk mentolerir menunda kepuasan pada usia 4, tampaknya tidak memprediksi perkembangan lanjutan BPD.

d.      Ketidakseimbangan Neurotransmitter

Ketidakseimbangan neurotransmiter seperti serotonin, norepinephrine dan acetylcholine (berpengaruh pada jenis emosi dan mood); GABA, (stabilisator perubahan mood), fungsi amygdala; ikut mempengaruhi prilaku-prilaku penderita BPD dalam merespon stressor yang muncul. Prilaku impulsif dan agresivitas disebabkan oleh ketidakseimbangan serotonin dan bagian wilayah prefrontal kortek.

 Penanggulangan/Pengobatan Borderline Personality Disorder
Pegangan praktis American Psychiatric Association untuk pengobatan gangguan kepribadian ambang meyarankan kombinasi antara psikoterapi dengan pengobatan farmakologis untuk hasil yang optimal. Walaupun tidak ada penelitian tentang kombinasi terapi ini namun pendapat lama mengatakan bahwa terapi obat membantu psikoterapi dan begitu juga sebaliknya.

Berikut beberapa terapi pengobatan untuk gangguan kepribadian ambang (Borderline Personality Disorder):
1.      Dialectical Behavioral Therapy
Pertama sekali diperkenalkan oleh Marsha Linehan pada tahun 1990an untuk intervensi pada pasien yang berkeinginan untuk bunuh diri, dialectical behavioral therapy (DBT) pada perawatan BPD merupakan terapi yang berlandaskan pada teori biososial yakni menekankan fungsi-fungsi pribadi dalam mengatur emosi yang sesuai dengan pengalaman lingkungan. DBT berasal dari pelbagai bentuk terapi dari congnitive-behavioral akan tetapi pada DBT menekankan pada saling memberi dan negosiasi antara terapis dan klien; antara rasional dan emosional, penerimaan dan berubah. Target yang ingin dicapai adalah penyesuaian antara pelbagai permasalahan yang sedang dihadapi klien dengan pengambilan keputusan secara tepat. Hal-hal lain yang didapatkan klien dalam terapi ini adalah; pemusatan konsentrasi, hubungan interpersonal (seperti keinginan asertif dan ketrampilan sosial), menghadapi dan adaptasi terhadap distress, identifikasi dan mengatur reaksi emosi secara tepat.

2.      Schema Therapy
Schema therapy merupakan pendekatan didasarkan pada perilaku-kognitif dan gestalt. Fokus terapi ini pada aspek emosi, kepribadian dan bagaimana individu bereaksi dengan lingkungan. Dalam treatment ini menitikberatkan pada hubungan antara terapis dan klien (pendampingan; reparenting), kehidupan sehari-hari klien diluar terapi, dan pengalaman trauma masa kecil.

3.      Cognitive Behavioral Therapy
Cognitive behavioral therapy (CBT) adalah jenis terapi yang sangat luas penggunaannya untuk treatment gangguan mental, namun dalam penyembuhan gangguan BPD terapi ini dianggap kurang efektif. Kesulitan ditemui ketika pengembangan hubungan interpersonal bersamaan dengan treatment yang diberikan, oleh karenanya CBT juga mengadopsi schema therapy.

4.      Family Therapy
Terapi keluarga sangat membantu untuk mengurangi konflik dan stres yang dapat memperburuk kondisi mental individu dengan BPD. Terapi keluarga melatih anggota keluarga menghargai individu BPD, meningkatkan komunikasi dan penyelesaian masalah secara bersama-sama dan saling mendukung antar pasangannya.

5.      Transference-Focused Psychotherapy
Transference-focused psychotherapy (TFP) merupakan bentuk dari terapi psikoanalisa yang dikembangkan oleh Otto Kernberg. Tidak seperti psikoanalisa yang dianggap sudah ketinggalan zaman, terapis dalam TFP berperan aktif secara bersama-sama dengan klien dalam setiap sesi treatment. Terapis berusaha menggali dan mengklarifikasi aspek-aspek dalam persahabatan yang sesuai dengan kebutuhan klien.

6.      Mentalization Based Treatment
Terapi Mentalization based treatment (MBT) merupakan bentuk regulasi kembali mental yang dianggap telah terganggu setelah mengalami pelbagai permasalahan di masa kanak-kanak. Fokus dalam terapi ini adalah mengembangkan diri pasien secara mandiri untuk mengatur cara berpikir berdasarkan teori-teori psikodinamika. Dalam terapi ini diusahakan pasien tidak menghabiskan waktunya begitu lama di rumah sakit, pengurangan pemakaian obat medis, dan menghilangkan hasrat-hasrat negatif seperti keinginan untuk bunuh diri.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sabtu, 23 Januari 2016

Psikologi Internet dalam Lingkup Transpersonal : Global Brain dan Peran Internet.




Global Brain merupakan konseptualisasi dari jaringan di seluruh dunia yang dibentuk oleh manusia di muka bumi ini secara bersama-sama dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang menghubungkan mereka untuk menjadi cerdas, sehingga brain atau otak itu menjadi sistem yang mengatur dirinya sendiri. Internet pun menjadi lebih cepat, lebih cerdas, dan lebih menyeluruh, juga  semakin mengikat umat manusia bersama-sama ke dalam sistem pengolahan informasi tunggal yang berfungsi seperti sistem saraf untuk planet Bumi. Kecerdasan jaringan ini bersifat kolektif atau didistribusikan (tidak terpusat atau lokal dalam setiap individu tertentu, organisasi atau sistem komputer). Hal seperti ini bukan muncul dari jaringan dinamis interaksi antara komponen-komponennya tetapi merupakan properti khas dari sistem adaptif yang kompleks.


A.       Peran Internet
 Internet merupakan sebuah dunia tanpa ada penguasa. Artinya semua orang mempunyai hak yang sama di internet. Karena itu, internet merupakan dunia yang bebas dimasuki tanpa harus terikat dengan peraturan-peraturan Negara tertentu dan tidak dibatasi dengan batas-batas wilayah territorial.
Ada dua peranan penting dari internet :
a)     Sebagai sumber data dan informasi : Internet menyimpan berbagai jenis informasi dalam jumlah tanpa batas.

b)  Sebagai sarana pertukaran data dan informasi : Internet sebagai sarana pertukaran informasi dari satu komputer ke komputer lain, tanpa dibatasi oleh jarak fisik kedua komputer tersebut.

      B.       Pengertian Mediasi


Secara etimologi (bahasa), mediasi berasal dari Bahasa Latin “mediare” yang berarti berada di tengah. Mediasi merupakan suatu  upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak ketiga yang netral, dalam artian yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai solusi yang diterima oleh kedua belah pihak. Mediasi juga  disebut emergent mediation jika mediatornya merupakan anggota dari sistem sosial pihak-pihak yang bertikai, memiliki hubungan lama dengan pihak-pihak yang bertikai, berkepentingan dengan hasil perundingan, atau ingin memberikan kesan yang baik misalnya sebagai teman yang solider. Adapun pengertian mediasi menurut Priatna Abdurrasyid yaitu suatu proses damai dimana para pihak yang bersengketa menyerahkan penyelesaiannya kepada seorang mediator (seseorang yg mengatur pertemuan antara 2 pihak atau lebih yg bersengketa) untuk mencapai hasil akhir yang adil, tanpa biaya besar tetapi tetap efektif dan diterima sepenuhnya oleh kedua belah pihak yang bersengketa. Pihak mediator ini berperan sebagai pendamping dan penasihat serta sebagai salah satu mekanisme menyelesaikan sengketa, mediasi juga digunakan di banyak masyarakat dan diterapkan kepada berbagai kasus konflik.


Peran Internet sebagai mediasi mengakibatkan terbentuknya :
     A.      Consciousness


Conscience dalam bahasa Perancis bisa diartikan sebagai “hati nurani“ dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai “sadar“ atau persepsi atau kesadaran, dan komentator dan penerjemah dari Durkheim tidak setuju. Adapun “kolektif“, Durkheim membuat jelas bahwa ia tidak reifying atau hypostaizing konsep ini, baginya itu adalah “kolektif“ hanya dalam artian itu adalah umum untuk banyak individu ; cf. Fakta sosial. Selain itu, Menurut teori Jung seperti yang dikutip Alwisol (2004) dalam bukunya Psikologi Kepribadian, consciousness muncul pada awal kehidupan, bahkan mungkin sebelum dilahirkan. Secara berangsur kesadaran bayi yang umum-kasar, menjadi ssemakin spesifik ketika bayi itu mulai mengenal manusia dan ojek disekitarnya. Menurut Jung, hasil pertama dari proses diferensiasi kesadaran itu adalah ego. Sebagai organisasi kesadaran, ego berperan penting dalam menentukan persepsi, pikiran, perasaan dan ingatan yang bisa masuk ke kesadaran. Tanpa seleksi ego, jiwa manusia bisa menjadi kacau karena terbanjiri oleh pengalaman yang semua bebas masuk ke kesadaran. Dengan menyaring pengalaman, ego berusaha memelihara keutuhan dalam kepribaddian dan memberi orang perasaan kontinuitas dan identitas.

Model of Consciousness adalah penjelasan teoritis yang menghubungkan antara bagian kesadaran dalam otak manusia dan fenomena kesadaran. Model of consciousneess antara lain:
Ø  Global Workspace Models, dikemukakan oleh Baars (1988)
Ø  Multiple Draft Theory, dikemukakan oleh Daniel Dennett (1991)
Ø  The Dynamic Core, dikemukakan oleh Tononi and Edelman (1998)
Ø  Information Integration dikemukakan oleh Tononi (2004)
Ø  Thalamocortical rhythms dikemukakan oleh Llinas, Ribary, Contreras & Pedroarena (1998)
Ø  Coalitions of Neurons dikemukakan oleh Crick and Koch (1990)
Ø  Field Models dikemukakan oleh Kinsbourne (1988)

Meskipun teori mengenai model of consciousness sangat beragam, namun benang merah dari semua pendekatan yang beragam tersebut adalah mempelajari korelasi antara aktivitas otak dan aspek kesadaran manusia.

     B.      Unconsciousness


Dalam teori yang di kemukakan oleh Sigmund Freud, kepribadian manusia di ibaratkan seperti gunung es, dimana yang kita ketahui hanya sedikit bagian di ujung gunung es, dan bagian terbesar dari kepribadian berada pada alam tidak sadar, dalam teori Freud alam tidak sadar bersifat absrtak dan berupa gagasan dan dorongan-dorongan, tidak seperti alam sadar yang berhubungan langsung dengan dunia nyata. Namun tidak berarti alam tidak sadar tidak dapat berhubungan dengna dunia nyata, seringkali alam tidak sadar kita mendorong dan mencoba untuk memasuki alam sadar kita dengan mengelabui primary sendor yang memiliki tugas untuk memfilter hal-hal yang akan di lakukan oleh alam sadar kita, alam tidak sadar menyelinap seakan akan ingatan-ingatan itu baik dan berguna jika dilakukan oleh alam sadar kita. Ketika ingatan tersebut masuk kea lam sadar kita, kita tak lagi mengenali mereka seperti apa adanya; kita justru melihatnya sebagai pengalaman yang relative menyenangkan dan tak mengancam.
Pada banyak kasus, gambaran-gambaran tersebut memiliki motif-motif seksual atau agresi yang kuat, karena perilaku seksual dan agresi pada masa kanak-kanak seringkali diganjar dengan tekanan dan hukuman. Tekanan dan hukuman ini seringkali menciptakan kecemasan dan memicu represi, yaitu dorongan agar pengalaman yang tidak diinginkan serta membawa kecemasan masuk ke alam tidak sadar yang melindungi  kita dari rasa sakit akibat kecemasan tersebut.
Dalam kaitannya peran internet dalam menciptakan suasana unconsciousness, dunia maya menyediakan tempat dalam pemenuhan dorongan dorongan seksual dan agresi yang berada dalam alam tidak sadar kita, dalam dunia maya kita secara bebas mengakses informasi yang positif dan juga yang negative, seperti akses video porno yang akan memberi kesenagna seksual, alam tidak sadar kita dapat dengan mudah mempengaruhi perasaan kita bahwa “melihat video porno itu tidak papa, toh tidak ada yang tahu” alam tidak sadar menyelinap kealam sadar seperti itu, dengan sangat mudahnya alam sadar kita terpengaruh oleh alam tidak sadar kita.

C. Collective Unconsciousness


Collective unconsciousness disebut juga transpersonal unconscious, konsep asli Jung yang paling kontroversial; suatu sistem psikis yang paling kuat dan paling berpengaruh, dan pada kasus-kasus patologik mengungguli ego dan ketidaksadaran pribadi. Menurut Jung, evolusi makhluk (manusia) memberi cetak biru bukan hanya mengenai fisik/tubuh tetapi juga mengenai kepribadian. Taksadar kolektif adalah gudang ingatan laten yang diwariskan oleh leluhur, baik leluhur dalam wujud manusia maupun leluhur pramanusia/binatang (ingat teori evolusi Darwin). Ingatan yang diwariskan adalah pengalaman-pengalaman umum yang terus menerus berulang lintas generasi. Namun yang diwariskan itu bukanlah memori atau pikiran yang spesifik, tetapi lebih sebagai predisposisi (kecenderungan untuk bertindak) atau potensi untuk memikirkan sesuatu. Taksadar kolektif merupakan fondasi ras yang diwariskan dalam keseluruhan struktur kepribadian. Di atasnya dibangun ego, taksadar pribadi dan pengalaman individu. Jadi apa yang dipelajari dari pengalaman secara substansial dipengaruhi oleh taksadar kolekif yang menyeleksi dan mengarahkan tingkah laku sejak bayi. Taksadar pribadi dan taksadar kolektif sangat membantu manusia dalam menyimpan semua yang telah dilupakan/diabaikan., dan semua kebijakan dan pengalaman sepanjang sejarah. Mengabaikan taksadar dapat merusak ego karena taksadar dapat membelokkan tingkah laku menjadi menyimpang seperti phobia, delusi, dan simptom gangguan psikologis. Isi utama dari taksadar kolektif adalah arketipe, yang dapat muncul ke kesadaran dalam wujud simbolisasi. (Alwisol:2004).
Hal ini diusulkan untuk menjadi bagian dari pikirin bawah sadar, dinyatakan dalam kemanusian dan semua bentuk kehidupan dengan sistem saraf, dan menjelaskan bagaimana struktur jiwa mandiri mengatur pengalaman. Jung dibedakan ketidaksadaran kolektif dari ketidak sadaran pribadi, dalam ketidaksadaran pribadi adalah reservoir pribadi pengalaman unik untuk setiap individu, sedangkan terkumpul ketidaksadaran kolektif dalam cara yang sama dengan masing-masing anggota dari suatu spesis tertentu. Isi dari ketidaksadarn kolektif disebut arketipe, ada berbagai macam arketipe, seperti anima, animus, great mother, wisdom old man, superhero, dan diri sendiri. Arketipe dari generasi ke generasi dapat membuat berbagai mediasi, salah satunya melalui media internet, sebagai contoh adalah superhero yang di definisikan sebagai seseorang yang memiliki kekuatan melawan orang jahat yang menghancurkan orang banyak, pengenalan atau pengendapan arketipe superhero dari generasi dapat dilakukan slah satunya melalui media internet, banyak sekali cerita yang mendefinisikan superhero dari berbagai dunia mengenai superhero, kita tanpa harus hidup di masa lalu dapat menhetahui apa itu super hero melalui cerita dan artikel yang dimuat di media internet.

         KESIMPULAN :

Setelah beberapa istilah telah dijelaskan sebelumnya, kami berpendapat bahwa peran internet sebagai mediasi memang dapat membuat terbentuknya model/kondisi consciousness unconsciousness maupun collective unconsciousness . Karena mediasi memiliki arti sebagai penengah yang menengahi permasalahan anatara kedua belah pihak, jadi jika dikaitkan dengan teori dari Jung yang menyatakan bahwa diferensiasi kesadaran itu adalah ego. Sehingga ego disini memiliki peran sebagai mediasi atau penengah dari struktur kepribadian id dan super ego. Id merupakan struktur kepribadian yang berperan berdasarkan prinsip kesenangan, sedangkan super ego merupakan struktur kepribadian yang berperan berdasarkan prinsip moralitas dan idealis. Ketika internet sudah sangat menjamur di jaman ini dan memang memiliki peran cukup berpengaruh dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai sumber informasi ataupun media untuk berinteraksi dengan orang lain melalui jejaring sosial, faktanya ketergantungan terhadap dunia internet membuat seseorang menjadi lupa diri. Seseorang cenderung mengutamakan kepuasan dirinya yaitu Id dibandingkan realita yang seharusnya dia dapat lebih bijak menggunakan super egonya. Karena itulah disini sangat dibutuhkan peran ego untuk menengahi segala permasalahan yang ada, yang ia hadapi dalam kebijakan menggunakan internet itu sendiri. Namun memang tak dapat dipungkiri bahwa dari sisi positif yang telah banyak memberikan informasi atau wawasan baru bagi penggunanya membuat pengguna memiliki lebih banyak informasi yang kemudian dari informasi yang ia dapatkan tersebut ia realisasikan pada kehidupan sehari-harinya sehingga terbentuklah pengalaman yang mendorong collective unconsciousness orang tersebut.

SUMBER :


KINERJA KELOMPOK :

NPM
Nama
Jobdesk
Link


11514875


AYU LESTARI
Mencari materi dan penyedia internet


11514343


ANNETE JESSICA
Mencari materi dan penyedia fasilitas (laptop)


18514632

PUTRI WULAN
DARI
Mencari materi dan konsumsi


16514340

MAHMU
DIA RATRI KIRANA
Mencari materi dan penyedia tempat


16514066


LIDYA FITRI F
Mencari materi dan konsumsi

16514043

LESTIA
SUSILA
WATI
Mencari materi dan konsumsi

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...